Apa saja sejarah klenteng yang bertempat di depan pasar wage purwokerto ini?
Yuk Simak....
A.
Sejarah Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto (Pasar Wage)
Kelenteng adalah temat bersembahyang untuk penganut agama Konghucu,
setiap kelenteng memiliki dewa utama yang untuk disembah seperti Dewa Bumi,
Dewi Laut, dll.
Kelenteng
HokTek Bio yang terletak di Jalan Pemotongan No. 3 Kelurahan Purwokerto Utara,
Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas atau lebih tepatnya di belakang
Pasar Wage Purwokerto. Sebelum berdiri Pasar Wage, daerah ini merupakan pusat
pemerintahan kadipaten, di bawah Adipati Pancurawis dimana dulunya lokasi Pasar
Wage tersebut merupakan alun-alun.
Saat lokasi yang sekarang menjadi Pasar
Wage, menjadi pusat pemerintahan, banyak pedagang asongan dari China yang
menawarkan dagangannya kepada masyarakat sekitarka dipaten, yang lama-kelamaan
semakin ramai dan merambah kealun-alun. Dengan surutnya kadipaten tersebut
membuat para pedagang asongan dari China yang bermalam dan sembahyang di teras
Kadipaten.
Alun-alun yang sudah terlanjur menjadi
ramai oleh pedagang China, oleh Gubernur ditetapkan menjadi pasar yang diberi
nama Pasar Wage. Sedangkan, pusat pemerintahan yang berpindah ke alun-alun
Purwokerto sekarang yang memang dibuat oleh Pemerintah Hindia-Belanda agak
menjauh dari Pusat Pemerintahan Kadipaten Pancurawis serta juga karena Ibukota
Kabupaten Ajibarang dan Banyumas yang pindah ke Purwokerto.
Teras Kadipaten yang tadinya sebagai
tempat menginap dan sembahyang oleh pedagang asongan dari China dijadikan
sebagai Kelenteng yang diberi nama Kelenteng HokTek Bio atau Kelenteng Dewa
Bumi seiring surutnya Kadipaten Pancurawis. Sedangkan, alun-alun Kadipaten
dijadikan sebagai Pasar Wage saaat ini.
Kelenteng HokTek Bio berdiri sekitar tahun 1831 oleh pedagang China yang
sering bermalam di teras tersebut yang dipimpin oleh Oey Yoe Wan. Saat pertama
kali digunakan sebagai kelenteng, bangunan ini hanyalah bangunan biasa yang
menyerupai joglo. Setelah dua kali direnovasi yaitu pada tahun 1879 dan 1987
bentuknya khas menjadi seperti sekarang. Baik atap, ornamen dinding sudah menyerupai
gaya China. Serta beberapa kali ada pembangunan untuk memperindah kelenteng di
bagian depan untuk aula perkumpulan orang etnis Tionghoa untuk sekedar
berkumpul dan bermain catur.
B.
Perkembangan Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto
(Pasar Wage)
Kelenteng Hok Tek Bio ini tergolong luas bila dibandingkan dengan
kelenteng-kelenteng di Indonesia. Dengan luas tanah seluas 900 m2, kelenteng
ini bisa memuat sekitar sepuluh altar persembahyangan dengan memuliakan
berbagai dewa masing-masing sesuai penganutnya. Pada tahun 1992, halaman
klenteng dipercantik dengan dibangun aula atau ruang tunggu sedangkan di pojok
kiri halaman dibangun pagoda sebagai tempat pembakaran kertas doa, dinding
temboknya dilukis penuh dengan gambar dewi-dewi.
Sesuai dengan perkembangan zaman kelenteng
ini semakin ramai untuk tempat sembahyang umat Kong Hu Cu dan terkenal untuk
sekedar berwisata. Di kelenteng ini juga dibentuk kepengurusan umat Tionghoa
dan untuk mengurus kelenteng tersebut. Seperti Ibu Maryati pengurus kantor
kelenteng mengatakan kelenteng ini bukan hanya untuk agama Kong Hu Cu, tetapi
juga untuk penganut agama Tao dan Budha.
C.
Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto (Pasar Wage) Sebagai Wisata Sejarah
Kelenteng Hok tek Bio sendiri berarti klenteng yang diperuntukan untuk
menyembah Dewa Bumi yang dipuja oleh para pedagang dari China untuk berharap
mendapatkan rezeki berlimpah dalam menjalankan usahanya.
Gerbang masuk klenteng Hok Tek Bio Pasar Wage yang didominasi warna
merah dan kuning yang berarti berani dan setia serta ornamen khas kelenteng,
diantaranya sepasang naga berbentuk mustika di atas wuwungan gerbang.
Ada pula sepasang Ciok Say atau patung
singa berwarna hijau di depan gerbang. Biasanya di sebelah kiri adalah singa
jantan yang memegang uang logam China (gobok), sedangkan singa betina yang
menimang anak.
Pintu bagian dalam
kelenteng tersebut, dijaga sepasang naga emas melilit pilar dengan sisik perut dan
punggung berwarna kemerahan yang dibuat halus dan sangat cantik.
Di kiri kanan pintu masuk terdapat mural dewa, berpakaian perang dan pedang
terhunus memandang setiap tamu yang memasuki gerbang. Lampion di sebelah kiri di
hias lukisan harimau. Di balik pintu masuk adalah Altar Thian untuk menyembah
Dewa Langit. Altar Konghucu di kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage.
Gentar ohani berwarna keemasan lambang Konghucu terlihat pada dinding,
yang menjadi perlambang penyuluh kehidupan bagi umat Konghucu. Klenteng ini memang
kelenteng konhucu, meskipun begitu di dalam kelenteng ini terdapat ruang patung
persembah bagi agama Tao dan Budha (Sidarta Gautama). Pada sisi dinding lainnya
terdapat tulisan dalam huruf China dan latin tentang delapan pengaku animan
yang berisi:
1. Sepenuh iman percaya Kepada Tuhan yang Maha Esa.
2. Sepenuh iman menjunjung kebajikan.
3. Sepenuh iman menegakkan Firman Gemilang.
4. Sepenuh iman menyadari adanya nyawa dan roh.
5. Sepenuh iman memupuk Cita berbakti.
6. Sepenuh iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi.
7. Sepenuh iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu
Jing.
8. Sepenuh iman menempu jalan suci.
Altar Guan Yu atau Kwan Kong di kelenteng tersebut adalah Dewa Pelindung
Perdagangan, Dewa pelindung Kesustraan, dan Dewa Pelindung rakyat dari petaka perang.
Kwan Kong dipercaya memiliki watak Budiman.
Altar HianThian Siang Tee (Dewa langit Utara) di ruang utama kelenteng ini.
HianThian Siang Tee digambarkan sebagai dewa yang berpakaian perang berwarna keemasan.
Tangan kanannya memegang pedang penakluk iblis, sedangkan kedua kakinya yang
tidak menggunakan sepatu menginjak kura-kura dan ular.
Umat Konghucu saat akan bersembah yang harus berdoa di dewa pintu masuk kemudian
berdoa di altar dewa penjaga gerbang menuju ruang utama untuk meminta ijin masuk dan harus berdoa di
altar kanan kiri dewa penjaga pintu. Setelah itu umat Konghucu masuk ruang utama
dan yang pertama kali disembah adalah Dewa Kongzi setelah itu umat dipersilahkan akan berdoa di latar patung
Dewi Kuan In, Sam Po Kong, Sidarta Gautama dll.
Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage ini juga bisa menjadi destinasi wisata
di kawasan Purwokerto dimana kelenteng ini memiliki keunikanya itu bukan hanya untuk
agama Konghucu saja tetapi juga untuk agama Tao dan Budha. Serta kelenteng ini banyak
memiliki ornamen khas China juga ini merupakan kelenteng tertua di Kabupaten Banyumas
sebagai pusat sejarang perkembangan pedagang dari negeri China di Purwokerto.
Terima kasih, kepada pihak Klenteng yang sudeh mau diwawancarai,
Terima kasih, keapada pembaca sudah mau berkunjung.
See you next blog....
Punten
BalasHapusApakah ada jejakfoto untuk bentuk bangunan awal klenteng tersebut 🙏